News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Duo Tokoh Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) Bukittinggi, Kini Berjuang Mengembalikan Aset Mesium KAPI

Duo Tokoh Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) Bukittinggi, Kini Berjuang Mengembalikan Aset Mesium KAPI

Bukittinggi, Merapinews. Duo tokoh perjuangan “Ganyang Partai Komunis Indonesia (PKI)”, yang tergabung dalam perjuangan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) tahun 1966, Sarwan Jas dan Prof DR, Syaifullah, kini dipercaya untuk mengembalikan aset Mesium Ahmad Karim, yang terletak dijalan Labuah Luruih, kelurahan Guguak Panjang, Bukittinggi.

Upaya untuk mengembalikan aset para pejuang Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) itu. Taufiq Ismail, bersama Tokoh KAPI Bukittinggi Masfar Rasyid, sebelumnya melakukan kunjungan ke gedung itu Jumat 9/8 pekan lalu.
Kehadiran Sastrawan itu ke musium Ahmad Karim, karena ia berencana akan melengkapi koleksi musium itu. Itu ia lakukan karena ia menilai hanya satu-satunya di Indonesia ada musium pejuang perlawanan terhadap anderbow PKI dan PKI.
Tapi yang terjadi, Taufiq Ismail, terkesima melihat kondisi gedung. Sebab musium yang dibanggakan itu, hanya menempati sebagian ruang kecil.
Padahal kehadiran musium itu, seperti yang diungkapkan Masfar Rasyid, sangat memberikan makna perjuangan para pelajar Bukittinggi, tahun 1966 baik secara regional dan nasional, ketika para pelajar melakukan aksi corat coret ganyang PKI dan Neokolim. Seorang suhada bernama Ahmad Karim, siswa STM Bukittinggi tewas setelah sebuah timah panas menerjang tubuhnya, namun sampai saat ini pelaku penembakan suhada itu tidak pernah menjalani hukum, kecuali mantan Danrem 032/wirabraja Kodam III Bukit Barisan Kol. Nasir Asmara dicopot dari jabatanya.
Saksi mata Suarni, menceritakan penembakan Ahmad Karim, dalam pertemuan silaturahmi di Rumah Puisi Taufiq Ismail, Senin 12/8 karena ia Ahmad Karim terlambat datang. Kepadanya kata Suarni, sudah saya ingatkan atas keter lambatanya itu. Sehingga para senior memberinya tugas melakukan corat coret disebuah toko milik non pri, saat itulah tanggal 14 September 1966 sebuah timah panas bersarang ditubuhnya hingga ia tewas dilokasi.
Sebelun mayat almarhum Ahmad Karim di sholatkan di masjid Raya Bukittinggi, terlebih dahulu almarhum disemayamkam di Sekolah SinHua, sebuah lembaga pendidikan Tionghoa yang berafiliasi dengan Bapekerki, sebuah organisasi anderbow PKI dijalan Labuah Luruih. Mulai saat itulah lembaga pendidikan berbahasa Cina, diambil alih. Makmur Hendrik bersama kawan-kawan lah yang menguasai gedung itu.
Meski tidak dihadiri tokoh KAPI Bukittinggi Makmur Hendrik, konon menurut rekanya Masfar Rasyid, beliau sedang melakukan perawatan karena sakit yang diderita, namun acara silaturahmi berlangsung dirumah puisi Taufik Ismail Senin 12/8 pekan lalu berjalan penuh kekeluargaan.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan Prov. Sumbar, Gemala Rantih, dan ny. Taufiq Ismail terungkap beberapa persoalan tentang kepemilikan musium Ahmad Karim, diantaranya kata putri AA Navis, itu ada dua institusi yang sama-sama mempunyai kepemilikan disana. Selain Dinas Pendidikan Sumbar, Dinas Kebudayaan juga mempunyai hak yang sama.
Untuk itulah kita berharap pada senior-senior pejuang amanat penderitaan rakyat untuk dapat mencari solusi atas kepemilikan musium itu yang kini juga dipakai oleh fakultas hukum Universitas Muhammadyiah itu, katanya
Bak gayung bersambut flour yang dihadiri para aktifis mempercayai duo tokohnya. Masing-masing Syarwan Jas, yang bertugas menggali dokumen-dokumen terkait legalitas eks sekolah SinHua (musium AhmadKarim). Sementara Prof DR Syaifullah bertugas melengkapi dokumen-dokumen terkait legalitas ditingkat provinsi.
“Yang membanggakan kita”, ulas Masfar Rasyid, ketika peresmian tugu perjuangan Ahmad Karim di Bukittinggi, tahun 2018 lalu Gubernur sudah menyatakan musium itu milik KAPI, karena merekalah yang selama ini memanfaatkan gedung tersebut, ujar Masfar, sambil menambahkan sebuah tugu perjuangan Ahmad Karim kini turut menghiasi wajah kota Bukittinggi (asroel bb).

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.