Proyek Pokok Pikiran Pimpinan Dewan DPRD Prov. Sumbar Ambaradul di Payakumbuh?.
Payakumbuh,merapinews.com - Proyek Irigasi Jorong Padang Ambacang, Nagari Situjuah Banda Dalam, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluhkota - Sumatera Barat senilai Rp. 600 juta lebih kini jadi sorotan.
Selain pekerjaan rekanan ambaradul, diduga pemilik proyek, Dinas Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sumbar tidak intens melakukan pengawas pekerjaan rekanan, bisa jadi pemilik proyek atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bertanggung jawab mengawasi pekerjaan rekanan mempunyai hubungan kedekatan imbal balik?.
Realitanya mutu pekerjaan rekanan jauh dibawah standar. Ditambah lagi dilokasi proyek tidak ditemui adanya plang proyek.
"Saya menduga disamping telah mengelabui masyatakat, ada dugaan permainan pemilik proyek dengan rekanan", ujar Ketua umum LSM Investigator Telusur Tindak Pidana Korupsi dan Perlindungan Hak Rakyat (Intel Tipikor phri) Perwakilan Sumatera Barat, Jhoni Mandai.
Jhoni, menyatakan hal itu, setelah tim Invigator lembaga yang ia pimpin, melaporkan hal itu. Minggu. 21/11.
Menjawab pertanyaan, Jhony Mandai menenggarai proyek untuk memenuhi pasokan air kebutuhan pertanian warga kota Payakumbuh itu merupakan buah Pikir (Pokir) pimpinan dewan di DPRD Provinsi Sumatera Barat.
Pokir itu ditempatkan dibeberapa titik lokasi di Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluhkota. Selain di Nagari Situjuah, juga ada disejumlah titik dalam kota Payakumbuh.
Salah satu titik yang kini jadi sorotan Badan Pemeriksa Keuangan RI, Proyek pembangunan Prasarana Sungai Batang Pulai, kota Payakumbuh, yang dikerjakan CV. Serasi Bersama.
Proyek senilai Rp. 1,7 miliar itu, diduga sarat dengan penyimpangan. Baik penggunaan material pasangan maupun ketepatan waktu.
"Ya... CV. Serasi Bersama itu perusahaan saya. Ada 11 perusahaan saya", ujar Syawaluddin Rao, menjawab pertanyaan terkait kepemilikan perusahaanya.
Sebelumnya, Jhonny Mandai menenggarai pekerjaan irigasi Jorong Padang Ambacang, Nagari Situjuah itu perlu di effaluasi oleh institusi hukum.
"Sebab pekerjaan rekanan itu, jauh dari harapan, kalau tidak dapat dikatakan aromanya sarat dengan penyalahgunaan uang rakyat yang dibiayai melalui pajak", ujar Raflis.
Petani mentimun itu mengakui dilokasi irigasi itu air memang mengalir, tapi tidak mampu mencukupi kebutuhan air pertanian. "Apakah itu bukan pekerjaan mubazir yang mengamburkan uang rakyat?", ujarnya balik bertanya.
Sementara itu, ketika dilakukan investigasi dislokasi Proyek. Senin 21/11, tidak terlihat profesional rekanan yang mengerjakan proyek tersebut. Setidaknya hal itu tercermin dari pasangan dinding. Adukan material spesi (mortal) rapuh. Demikian juga plasteran dinding hanya beberapa melimeter. Dampaknya berpengaruh terhadap mutu bangunan dinding. "Paling banter usia pasangan itu hanya enam bulan", ujar Raflis.
Nada yang sama juga meluncur dari Dt Majo Indo. Pemilik rumah makan Aida itu, juga heran melihat pekerjaan rekanan itu.
"Satu pekan terakhir kami tidak melhat lagi aktifitas dilokasi proyek. Apakah pekerjaan rekanan itu sudah selesai apa belum", ujar dt Majo Indo didampingi tokoh muda Alfi.
Meski belum diperoleh konfirmasi dari rekanan yang mengerjakan proyek Irigasi Padang Ambacang, maupun dari pemilik proyek Dinas PSDA Sumatera Barat.
Aroma busuk itu pernah tercium satu pekan lalu, ketika kecelakaan tabrakan kendaraan roda dua dengan sebuah mini bus dijantung kota Payakumbuh.
Dalam peristiwa tabrakan itu, sejumlah rekanan kontraktor yang mengerjakan proyek PSDA Provinsi Sumatrra Barat, terlihat berkumpul setelah adanya panggilan telefon seluler dari pengendara mini bus plat merah.
Konon salah seorang penumpang diatas mini bus itu menjabat sebagai Pejabat Pembiat Komitmen (PPK) Dinas PSDA Provinsi.(asroelbb/jefri).