News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Safaruddin Pada Haul ke - 22 Buya Abdul Wahid: Konseptor Bangsa Memiliki Konsistensi Sosial dan Politik Tinggi

Safaruddin Pada Haul ke - 22 Buya Abdul Wahid: Konseptor Bangsa Memiliki Konsistensi Sosial dan Politik Tinggi



Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Organisasi ini didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli pada 5 Mei 1928 di Canduang sebagai Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI) dan dalam perkembangannya sempat menjadi partai politik bernama Partai Islam Perti.

Jakarta,merapinews.com - Peran orang Minang dikancah nasional telah memberikan dampak terhadap pembangunan di beberapa bidang dan sektor di Indonesia.

 Pergerakan- pergerakan sosial politik menjadi mesin penggerak pembangunan Indonesia. 

Di bidang Politik, dominasi Minang tak terbantahkan. Sepanjang periode 1920-1960, politisi asal Minang banyak berperan dan menentukan.

 Pasca kemerdekaan, empat orang Minang duduk sebagai perdana menteri (Sutan Sjahrir, Muhammad Hatta, Abdoel Halim, Muhammad Natsir), seorang menjadi wakil presiden (Hatta). 

Bupati Kabupaten Limapuluhkota Safaruddin datuak Bandaro Rajo, menyatakan hal itu   ketika menjadi pembicara pada kegiatan Haul ke -22 Buya Roesli Abdul Wahid di ruang Kirana Hotel Kartika Chandra Jakarta, Minggu 7/10/2021.

 Untuk membangun Indonesia sebagai negara yang berkarakter kuat, beragama dan memiliki intelektual yang baik para konseptor bangsa memiliki konsistensi sosial dan politik yang tinggi, kata Safaruddin.

Jauh sebelum itu Sumatera Barat, telah melahirkan satu organisasi massa Islam yakni Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Organisasi ini didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli pada 5 Mei 1928 di Canduang sebagai Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI) dan dalam perkembangannya sempat menjadi partai politik bernama Partai Islam Perti.

"Ini mencerminkan orang Minang memiliki konsep politik dan sosial yang baik. Politisi Minang banyak berperan dan sangat menentukan." Kata Safaruddin.

Dikatakan Safaruddin,  Buya Roesli Abdul Wahid merupakan salah seorang ulama kelahiran Kabupaten Limapuluh Kota di Koto Tongah, Kecamatan Suliki pada 9 November 1908 lalu. 

Karier politik membawa Buya Roesli Abdul Wahid menjadi Menteri Negara Urusan Umum pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dengan masa bakti dari 24 Maret 1956 sampai dengan 14 Maret 1957. 

Disadur dari laman Kominfo 50 Kota. Minggu 7/11. Safaruddin berharap, melalui Haul Buya Roesli Abdul Wahid sejarah perjuangan organisasi Islam, Sosial dan Politik yang dilakukan oleh para pendahulu menjadi referensi dan pembelajaran  organisasi bagi generasi penerus bangsa.

"Dapat dijadikan pembelajaran bagi generasi penerus. Hingga saat ini elektabilitas terhadap Perti masih dimiliki masyarakat Minang," imbuh Safaruddin.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Pusat Tarbiyah Prof. Dr. H. Duski Samad, MA mengatakan, Buya Roesli merupakan seorang pimpinan, pendidik dan praktisi. Tidak saja pada pembelajaran Islami tapi mencakup kesegala bidang dan semua pembelajaran. 

"Buya Roesli sudah menjadi pimpinan pesantren sejak umur 24 tahun. Mutiara terpendam, tidak banyak terungkap. Buya orang yang populer, karena beliau mengembangkan pendidikan disegala bidang. Keistiqomahan beliau tampak dalam setiap gerak kehidupannya," Tutup Duski Samad.

Hadir dalam Haul ke -22 Buya Roesli Abdul Wahid itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Dr. H. Anwar Abbas, MA, cucu Buya Roesli Acmad Rully Phd(c), Ketua TP PKK Kabupaten Limapuluh Kota, Ny. Nevi Safaruddin, Kepala Dinas Pustaka dan Arsip Kabupaten Limapuluh Kota Radimas, Serta tamu undangan lainnya.(asroel bb)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.