Bupati Safaruddin Janjikan Akan Ada Bantuan Untuk Mardison. Keluarga Papa Yang Hidup Satu Kandang Dengan Ayam
Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, terus berpacu menurunkan jumlah penduduk miskin ektrim. Setidaknya saat ini tercatat 6.400 Kepala Keluarga (KK) yang harus dilakukan pemulihan kondisi ekonomi mereka.
Bupati Safaruddin, mengingatkan hal itu dalam sebuah perbincang di rumah Dinas Bupati jalan Labuah Silang kota Payakumbuh, di penghujung tahun 2022.
Dari jumlah tersebut kata Bupati. Satu keluarga tercatat bernama Mardison, warga Jorong Siaua, Nagari Ampalu, Kecamatan Lareh Sago Halaban. Kabupaten Limapuluh Kota.
Pria berusia 58 tahun itu bersama sang istri Oskarela, harus menjalani hidup bersama ayam peliharaan satu ruang (rumah) ukuran 3X4 m2.
Didalam ruang (rumah) nun jauh dari kata layak huni itulah pasangan suami istri itu beraktifitas.
Bukan berarti sang suami tidak berusaha memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Namun tenaga dan kesehatan tidak mendukung. “Mato awak lah rabun pak”, ujar Mardison ketika ditemui dikediamanya.
Satu-satunya sumber ekonomia keluarga itu hanya menjual kayu api dengan harga Rp. 2.000/ikat, setelah kayu-kayu itu dibelah dengan kampak lalu di ikat.
“Paling banter saya mampu mambalah kayu itu sepuluh ikat bahkan kurang. Untung kalau ada yang pesan, kalau tidak?, keluh Mardison.
Kondisi ekonomi pasangan suami istri itu, akhirnya menarik perhatian Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota.
“Dipastikan tahun ini (2023). Pemerintah Kabupaten akan menurunkan bantuan untuk pasangan suami istri itu”, ujar Bupati Safaruddin.
Meski Bupati Safaruddin tidak menyabut bantuan yang akan diberikan Pemerintah Kabupaten dibawah kepemimpinannya kepada keluarga itu, setidaknya sudah ada secercah harapan bagi keluarga nan papa (miskin) itu menjalani kehidupan.
Harapan itu disampaikan Bupati Safaruddin, setelah portal Merapinews.com, edisi 19 November 2022 menurunkan berita dibawah judul “Mardison Warga Jorong Siaua Nagari Ampalu Hidup Satu Ruang Dengan Ayam”.
Berita yang dirilis portal Merapinews.com itu menarik perhatian Bupati Safaruddin.
Selain kondisi ruang nan ndak elok untuk sebuah kehidupan, nun jauh dari kata layak dan jauh dari kata sehat, bila cuaca ektrim dan hujan. Pasangan suami istri itu harus menampung bocoran air dari atap yang terbuat dari potongan terpal bekas. Itu belum lagi terpaan angin yang masuk dari celah-celah dinding rumah yang terbuat dari serpihan bambu dan serpihan papan sibiran.
“Saya dan suami harus mempersiapkan 9 buah ember penampung bocoran air bila hujan. Dengan sendirinya didalam rumah kami tidak bisa beraktifitas atau sholat, karena lantai tergenang air”, desah Oskarela.
“Namun tiga orang wakil rakyat dari daerah pemilihan Lareh Sago Halaban, sejauh ini bagai tidak peka terhadap warga nan papa itu. Seharusnya anggota dewan DPRD Kabupaten Limapuluh Kota dari daerah Pemilihan Lareh Sago Halaban itu peduli dengan konstituenya”, ujar ketua Ormas Pekat IB Kabupaten Limapuluh Kota Suharyono.
“Saya datang langsung menemui keluarga nan papa itu dikediaman mereka. Kondisi mereka memang sangat mengenaskan dan perlu ada segera uluran tangan dari berbagai pihak”, harap Ujang demikian Suharyono kerap disapa.
Ketidak pedulian dan rasa malu ada warga mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan ekstrim itu, juga dipertontonkan se orang staf perangkat nagari.
Menjawab pertanyaan diruang kerjanya Kasi Pemerintahan Nagari Hengki, mengatakan pihak nagari sudah pernah mengusulkan perbaikan rumah keluarga itu tiga (3) tahun lalu, sebelum pandemi Covid – 19, ujarnya sambil memainkan HP, namun pria itu gagap ketika diminta arsip.(asroel bb).