Luar Biasa!!!, Capaian Angka Stunting Bukittinggi Terendah Kedua di Sumbar
Bukittinggi,merapinews.com --
Pemerintah Kota Bukittinggi berhasil menekan pertumbuhan angka stunting. Alhasil, dengan keberhasilan itu menjadikan kota Bukittinggi sebagai daerah kedua di Sumatera Barat yang berhasil menurunkan angka stunting
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, mengapresiasi SKPD dan semua pihak terkait dan tim percepatan penurunan stunting yang telah bekerja maksimal.
"Saya apresiasi pada SKPD yang telah bekerja maksimal sehingga kota Bukittinggi berhasil menurunkan angka Stunting" ujar Walikota Bukittinggi Erman Safar SH.
Walikota Bukittinggi Erman Safar SH, menyampaikan hal itu Rabu pekan lalu.
Alhasil dengan interfensi yang dilakukan angka stunting Bukittinggi terus menurun.
Ini perkembangan yang baik.
Menurutnya sejak tahun 2022 lalu. Stunting menjadi persoalan Nasional yang harus di selesaikan, termasuk di Bukittinggi. Akhirnya upaya yang dilakukan selama ini membuahkan hasil positif.
"Kita akan terus tingkatkan untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan menjadi pemimpin hebat di masa depan," harap Erman Safar.
"Stunting menjadi isu nasional yang harus diantisipasi di masing masing daerah", ujar Kepala Dinas P3APPKB Nauli Handayani.
Kata Nauli Handayani, menurut badan kesehatan dunia (WHO tahun 2020). Stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat kurangnya asupan nutrisi dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
“Untuk itu, sejak 2022, berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Bukittinggi untuk menekan laju stunting. Upaya yang dilakukan antara lain, interfensi dengan sasaran ibu hamil, interfensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0 sampai 6 bulan serta interfensi dengan sasaran anak usia 6 sampai 24 bulan,” jelasnya.
Interfensi gizi spesifik, berkontribusi 30 persen. Upaya yang dilakukan diantaranya, Intervensi ini ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh Sektor Kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relative pendek.
Kemudian juga dilakukan interfensi gizi sensitif, berkontribusi 70 persen. Intervensi ini ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor Kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, Tidak khusus untuk 1.000 HPK.
“Pemda melakukan 8 aksi konvergensi dalam upaya penegahan dan penurunan prevalensi stunting,” tambahnya.
Upaya upaya tersebut, ternyata membuahkan hasil positif, katanya.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi Balita Stunted Kota Bukittinggi sebesar 19%, dan pada Tahun 2022 turun menjadi 16,8%.
Dari data itu, menjadikan Bukittinggi kota dengan angka stunting terendah kedua di Sumatra Barat.
Namun demikian, katnya pihak terkait tidak berpuas diri dan akan terus melakukan upaya dan interfensi lebih yang lebih maksimal, agar angka stunting Bukittinggi semakin menurun.(rel/asroel bb)