Dilema Tanaman Gambir, Diremajakan Harga Jatuh.
Limapuluh Kota,merapinews.com --
Diprediksi kurun waktu dua atau tiga tahun mendatang, produksi tanaman gambir Sumatera Barat, tidak bisa lagi diharapkan.
Pengamat dan pelaku usaha tani Kabupaten Limapuluh Kota Akmal Darwis, melihat usia
tanam komoditi itu sudah mencapi puncak ketuan. Sehingga tidak produktif dan produksi makin menurun.
"Paling banter produksi komoditi gambir itu tinggal 30 %", ujar Akmal Darwis.
Menurut mantan wartawan Harian Singgalang itu, kedepan produksinya tidak bisa lagi diharapkan, bila tidak dilakukan peremajaan.
Ia mengatakan usia Gambir di Sumatera Barat, rata-rata telah berusia 15 - 20 tahun.
Dalam usia itu, produksinya tidak lagi maksimal dan akan terus menyusut hingga 30 %, hal itu diperparah karena
tanaman gambir tidak bisa di tumpang sari (disisipi).
Ia melihat, bila petani maupun pemerintah daerah tidak sedini mungkin mengambil kebijakan peremajaan. Niscaya komoditi eksport itu akan hilang dipasaran dunia.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanam Pangan Kabupaten Limapuluh Kota, Witra Porsepwandi, tidak menampik hal itu akan terjadi.
Dilema itulah yang dihadapi petani, maupun Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota.
Diremajakan akan terjadi over produksi, kalau tidak, produksinya terus menurun dan tidak tertutup kemungkinan komoditi akan hilang dipasaran dunia.
Witra mengatakan, saat ini harga komoditi Gambir ditingkat pedagang pengumpul mencapai puncak Rp. 105.000,-/Kg, untuk Grid A.
Witra, mengatakan luas Perkebunan Gambir di Dua Kecamatan. Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Kapur IX, 27.000 hektar, dengan produksi 13.866 ton/tahun atau 653 ton/bulan.
Produksi ini tetap di pertahankan oleh petani dan pedagang pengumpul, inilah dilema yang di hadapi.
"Diremajakan, dua tahun kedepan produksi meningkat. Dengan sendirinya akan berlaku
hukum ekonomi. Tidak di remajakan komoditi eksport itu akan hilang di pasar dunia", katanya.
Namun Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Limapuluh Kota, Gusdian Laora mengatakan, Pemerintah Kabupaten hingga saat ini lebih
fokus pada peningkatan kualitas dan mutu gambir.
Itu sesuai arahan Bupati Haji Safaruddin Dt Bandaro Rajo, agar petani tetap mempertahan kualitas.
"Insya allah selama kualitas baik, harga pasar pun akan baik. Dan ini sudah dibuktikan petani gambir", ujarnya.
Menurut Gusdian, sebelumnya sudah ada sejumlah regulasi (rumusan) dan strategi bentukan gugus tugas komoditi gambir di Sumatera Barat.
Dari delapan poin program gugus tugas itu,
Yang terealisasi hanya peningkatan kwalitas, sehingga berdampak terhadap membaiknya harga gambir.(asroel bb)