Wartawan merapinews.com.
Genderang pesta demokrasi lima tahunan melalui Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 usai di tabuh. Rabu 14/2.
Sebagian Calon Anggota Legislatif (Caleg) sudah mendeklarasikan diri sebagai pemenang sesuai perolehan suara.
Menariknya 11 politikus yang mewarnai percaturan politik di DPRD Kota Bukittinggi selama 5 tahun terakhir harus hengkang. Mereka tereliminasi ambang batas perolehan suara. Penggantinya masuknya 11 wajah baru.
Rela atau tidak Fraksi Partai Gerindra, yang mendominasi kebijakan di DPRD, harus rela menyerahkan Palu pimpinan sidang pada kompetitornya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai bentuk pengakuan.
Bisa jadi palu itu nanti dipegang Ketua PKS Bukittinggi Nur Asra?.
PKS Jumawa, sontak mereka melakukan jumpa wartawan disebuah Restoran, Jumat 17/2-2024.
Selain menghadirkan dewan Suro Buya Marfendi, Ketua DPD II PKS kota Bukittinggi Nur Hasra, dan Kader peraih kursi di DPRD Bukittinggi.
Pada saat bersamaan Marfendi, menyebut dengan raihan 5 kursi di DPRD pihaknya memiliki otoritas menentukan, khususnya menyangkut koalisi jelang Pilkada Kota Bukittinggi November 2024.
"Kami mengusung dewan suro Buya Marfendi, sebagai kandidat calon Wali Kota Bukittinggi November 2024 tanpa berkoalisi", ujar Nur Asra.
Namun untuk menempatkan pasangannya, Buya Marfendi harus mencari pasangan nan selaras.
Pengamat melihat, pasangan nan pas bagi Merfendi (PKS), ialah pemilik 3 kursi Partai Nasdem, karena mereka satu haluan "perubahan". Seperti moto yang si agungkan Capres Anies-Cak Imin.
Diprediksi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kota Bukittinggi, November 2024 mendatang, akan berlangsung seru !!,
Selain Marfendi. Tiga pasang Bakal Calon (Balon) Ramlan Nurmatias, Erman Safar dan satu pasang lainya dari jalur perorangan (Independen) Nofil Anoverta alumni SMA 1 Bukittinggi angkatan 90, yang saat ini menjabat sebagai Direksi PT Tatanan Alam Lestari, DKI Jakarta, akan masuk gelanggang Pilkada Bukittinggi.
Pada Pilkada itu, baik Ramlan Nurmatias, Erman Safar maupun Buya Marfendi, sama-sama akan menggerakkan mesin partai untuk mencari dukungan suara.
Kecuali PKS tanpa harus berkoalisi. Partai Gerindra Bukittinggi, dipastikan akan mengandeng Partai Golkar.
Sementara partai besutan mantan presiden RI Soesilo Bambang Yudhyono, Demokrat diprediksi akan mengandeng P3, atau PAN.
Pertanyaan, apakah PAN bersedia menerima pinangan partai Demokrat untuk berkoalisi?.
Inilah PR besar bagi Rahmi Brisma. Kecuali kalau Srikandi Partai PAN Bukittinggi itu, berubah pikiran. Sementara P3 masih what and See. Bagai mana dengan Partai Umat?.(**).